Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com- K abar duka datang biara susteran tarekat Fransiskus Misionaris Maria (FMM) yang terletak Jalan Trans Mbay-Maumere. Biara y...
-
Matakatolik.com- Liturgi mengatur beberapa warna khusus untuk liturgi selama pekan suci. Adapun warna liturgi tersebut, yaitu: ...
-
Matakatolik.Com - Organisasi Katolik Vox Populi Institute Indonesia atau Vox Point Indonesia menyelenggarakan diskusi politik Seri 4 sec...
-
Matakatolik.com -Yohanes Bayu Samudro dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Senin 10 Agustus 20...
-
Matakatolik.com- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjanjikan akan menyiapkan penginapan alternat...
-
Matakatolik.com - Oktober 2016 lalu, Vatikan mengeluarkan aturan baru yang melarang setiap umat Katolik menyimpan abu dari sisa pemb...
-
Matakatolik.Com – Cintaku kepada Katolik memuncak dalam misa pernikahan. “Pada saat itu, saya benar-benar jatuh cinta dengan Katolik,”...
-
Matakatolik.com -Umat katolik akan merayakan Hari Rabu Abu, 6 Maret 2019. Perayaan Rabu Abu merupakan rangkaian dan proses menuju hari ra...

Kepala UKP-PIP Ngambek Dan Menolak Menjadi Pembicara, 500an Peserta IID Terlantar
Matakatolik.com- Kegiatan International Interfaith Dialogue dan Pertemuan Nasional Senior GMKI sudah selesai dengan baik dan ditutup oleh Wakil Gubernur Maluku Dr. Zeth Saburua, SH, MH pada tanggal 19 November 2017. Sebagian besar peserta yang hadir dari berbagai negara dan daerah sudah kembali ke asalnya masing-masing. Namun ternyata masih ada cerita yang tertinggal di kota Ambon, salah satunya adalah batalnya Kepala UKP-PIP Yudi Latif menghadiri pembukaan International Interfaith Dialogue yang dihadiri 500an peserta, perwakilan pemerintah provinsi Maluku dan kota Ambon, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan nasional berbagai organisasi kemahasiswaan.
"Kepala UKP-PIP sebenarnya sudah tiba di Ambon untuk menjadi keynote speaker acara IID dengan tema Kembali ke Pancasila Untuk Merawat Kebhinekaan. Namun ada miskomunikasi dengan panitia sehingga mobil yang menjemput beliau telat sampai ke bandara. Beliau kemudian langsung naik taksi menuju hotel, padahal peserta masih menunggu di Taman Budaya, lokasi pelaksanaan pembukaan IID," ujar Koordinator Wilayah Maluku Pengurus Pusat GMKI, Dodi Soselisa saat diwawancarai tentang kronologis kejadian, Senin (20/11).
Dodi menyampaikan bahwa panitia sudah mendatangi ke hotel untuk meminta maaf, namun Kepala UKP-PIP dan stafnya menolak untuk bertemu.
"Panitia tiga kali datang ke hotel untuk meminta maaf. Bahkan yang ketiga kalinya Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI bersama beberapa pengurus lainnya juga ikut ke hotel untuk menyampaikan permohonan maaf dan mengajak Yudi Latif menuju ke lokasi acara. Pada saat tiba di hotel, Ketum berpapasan dengan Yudi Latif dan stafnya di lobi hotel. Ketum menyampaikan permohonan maaf dan mengatakan bahwa acara masih berlanjut dan peserta serta undangan masih menunggu Yudi Latif. Beberapa undangan tersebut antara lain Walikota dan Wakil Walikota Ambon. Sayangnya, Yudi Latif tidak memberikan respon dan lebih memilih mencari makan malam," ungkap Dodi.
Dodi melanjutkan, "wajar jika Kepala UKP-PIP kecewa karena telat dijemput. Tapi panitia sudah tiga kali meminta maaf. Seharusnya sebagai pejabat negara setingkat menteri, Yudi Latif berkarakter negarawan, bukannya bersikap seperti elitis atau raja yang menolak memaafkan kesalahan rakyat. Apalagi Yudi Latif adalah Kepala UKP-PIP, memantapkan ideologi Pancasila. Pancasila mengajarkan nilai-nilai kegotongroyongan, egaliter, kemanusiaan. Tidak seperti yang ditunjukkan Yudi Latif."
Sekretaris Fungsi Bidang Hubungan Internasional PP GMKI, Ruben Frangky Oratmangun yang turut menjemput ke bandara menyampaikan bahwa GMKI mengundang Kepala UKP-PIP menjadi keynote speaker karena GMKI ingin menunjukkan kepada peserta terkhusus peserta internasional bahwa nilai-nilai Pancasila sangat baik dan tepat untuk diimplementasikan tidak hanya di Indonesia, namun juga dunia.
"Sayangnya niat baik GMKI ini tidak dipedulikan oleh pemerintah, dalam hal ini Kepala UKP-PIP. Kepala UKP-PIP yang bertugas memantapkan ideologi Pancasila justru tidak Pancasilais. Yudi Latif lebih peduli pada dirinya, padahal kedatangannya dan rombongan ke Ambon menggunakan fasilitas negara. 500an peserta dibiarkan terlantar, padahal Yudi Latif sudah berada di kota yang sama, dan datang ke Ambon untuk menghadiri agenda IID ini," ujar Ruben.
Ruben menambahkan, "pejabat negara seharusnya merakyat, melayani, tidak elitis dan hanya ingin dilayani. Presiden harus mempertimbangkan ulang posisi Kepala UKP-PIP ini. Sangat berbahaya jika yang memimpin pemantapan ideologi Pancasila hanya menguasai wacana dan jago berbicara saja, namun tidak mampu menerapkannya saat berinteraksi dengan rakyat."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar