Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com- K abar duka datang biara susteran tarekat Fransiskus Misionaris Maria (FMM) yang terletak Jalan Trans Mbay-Maumere. Biara y...
-
Matakatolik.com- Liturgi mengatur beberapa warna khusus untuk liturgi selama pekan suci. Adapun warna liturgi tersebut, yaitu: ...
-
Matakatolik.Com - Organisasi Katolik Vox Populi Institute Indonesia atau Vox Point Indonesia menyelenggarakan diskusi politik Seri 4 sec...
-
Matakatolik.com- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjanjikan akan menyiapkan penginapan alternat...
-
Matakatolik.com -Yohanes Bayu Samudro dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Senin 10 Agustus 20...
-
Matakatolik.com - Oktober 2016 lalu, Vatikan mengeluarkan aturan baru yang melarang setiap umat Katolik menyimpan abu dari sisa pemb...
-
Matakatolik.Com – Cintaku kepada Katolik memuncak dalam misa pernikahan. “Pada saat itu, saya benar-benar jatuh cinta dengan Katolik,”...
-
Matakatolik.com -Umat katolik akan merayakan Hari Rabu Abu, 6 Maret 2019. Perayaan Rabu Abu merupakan rangkaian dan proses menuju hari ra...

Tokoh Awam Katolik: Isu SARA Sudah Ada Sejak Lama
Matakatolik.Com – Persoalan suku, agama, ras dan golongan (SARA) bukan isu baru dalam perpolitikan Indonesia. Namun, sudah ada sejak lama.
Hal tersebut dikatakan tokoh awam Katolik, Herman YL Wutun, dalam Diskusi Panel yang diselenggarakan oleh Media Bersih.Id, bertajuk “Peran Politisi Kristiani Dalam Penguatan Politik Kebangsaan” yang berlangsung di Restoran Handayani, Matraman, Jakarta, Kamis (18/10/2018).
“Isu SARA bukan hal baru. Tapi, sudah ada sejak lama. Sudah ada di semua tempat, baik di kota maupun di kampung,” kata Herman Wutun.
Ia mengatakan Isu SARA tak hanya terjadi pada pilpres, pileg, tapi juga pada pilkada bahkan pemilihan kepala desa.
“Pilkades saja sudah ada SARA. Kalau di tempat mayoritas Katolik semua pasti menyesuaikan mengikuti calon Katolik. Yang dipersoalkan sukunya,” ungkapnya.
Ia mencontohkan dirinya ketika maju sebagai Calon Bupati Lembata, NTT tahun 2011. Ia berpasangan dengan Pemimpin Umum media Bersih.Id, Viktus Murin.
Pada pilkada tersebut, ia merasakan masih kuatnya sentimen suku. Padahal, ia ingin merubah cara politik tersebut dengan cara politik yang profesional.
“Contoh ketika saya maju bupati. Mestinya bukan isu sara, tapi isu program untuk membangun daerah,” ujar dia.
Ia menekankan bahwa isu SARA sangat berbahaya dalam demokrasi. Untuk itu ia meminta seluruh elemen masyarakat dan umat Katolik khususnya agar menyikapi secara bijaksana.
“Tinggal sekarang bagaimana kita menyikapi dengan kemajuan teknologi yang canggih,” ujarnya.
“Bagaimana kita sebagai orang Kristiani tampil memposisikan diri secara baik. Mengedepankan nilai-nilai Kristiani,” sambungnya tegas.
Ia juga mengajak umat Kristiani agar mampu menempatkan diri dalam semua posisi.
“Bukan menarik orang menjadi kristiani, tapi bagaimana orang kristiani menempatkan diri di tengah masyarakat,” kata dia.
Ia mengharapkan agar politisi dan kader Kristiani sungguh-sungguh mengikuti ajaran Kristus. Jika hal itu bisa dilakukan, ia meyakini banyak orang muda Kristiani mau mengabdi di bidang sosial, politik dan kemasyarakatan.
“Kita harus menempatkan diri dengan baik dan benar di tengah masyarakat majemuk ini. Karena Tuhan Yesus bilang akulah jalan kebenaran dan hidup,” ujarnya berharap.
Matakatolik – Ervan Tou
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar