Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com- Presiden Jokowi memberi ucapan selamat hari perayaan Jumat Agung kepada seluruh umat Kristiani di Indonesia. Ucapan Pr...
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
-
Matakatolik.com- Saudara sekalian yang terkasih, selamat merayakan tri hari suci paskah. Tri hari suci: Kamis Putih, Jumat Agung dan Sa...
-
Matakatolik.com -Yohanes Bayu Samudro dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Senin 10 Agustus 20...
-
Viktus Murin Matakatolik.com -Tokoh Kristiani Tahun 2018 Pilihan Majalah Narwastu, Viktus Murin mengecam keras 'aksi paksa mengecap...
-
Matakatolik.com -Kasih harus menjadi pedoman dalam membangun Reksa Pastoral di Keuskupan Ruteng Manggarai Flores NTT. Hal ini disampaikan...
-
Matakatolik.Com – Cintaku kepada Katolik memuncak dalam misa pernikahan. “Pada saat itu, saya benar-benar jatuh cinta dengan Katolik,”...
-
Matakatolik.com -Umat katolik akan merayakan Hari Rabu Abu, 6 Maret 2019. Perayaan Rabu Abu merupakan rangkaian dan proses menuju hari ra...

Forum Titik Temu: Para Tokoh Agama Menghadirkan Kesejukan Bangsa
Matakatolik.com-Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Rabu (10/4/2019).
Para tokoh yang hadir di antaranya Tokoh Muhammadiyah dan Pendiri Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif, tokoh agama perempuan yang juga istri almarhum KH. Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan tokoh perempuan yang juga istri almarhum Nurcholish Madjid Omi Komaria Masjid.
Selain ketiga tokoh tersebut, forum juga dihadiri tokoh-tokoh lain seperti Muhammad Mahfud MD, Siti Musdah Mulia, Komaruddin Hidayat, Mgr. Ignatius Suharyo.
Hadir pula KH Husein Muhammad, HS Dilon, Ruhaini Dzuhayatin, Oman Faturrahman, Ulil Abshar Abdalla, Sudhamek AWS, Banthe Dammasubho, Chandra Setiawan, Arief Harsono, Pendeta Gomar Gultom, Rommy Mandang, dan Muhammad Wahyuni Nafis.
Forum ini diselenggarakan berdasarkan beberapa latar belakang di antaranya makin menguatnya prasangka buruk, ujaran kebencian, intoleransi, dan kasus-kasus kekerasan berbasis agama di sejumlah negara, dunia juga menyaksikan langkah-langkah penting dalam merespons tantangan kontemporer ini.
Salah satunya pertemuan Imam Besar Al Azhar, Sayyed Ahmed al Thayeb dengan Pimpinan Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus di Dubai, (4/2/2019).
Pertemuan yang dihadiri sekitar 400 para pemimpin agama-agama di dunia, termasuk pakar tafsir Indonesia Prof. Muhammad Quraish Shihab, ini menghasilkan "Dokumen Persaudaraan Manusia" yang menegaskan umat manusia di seluruh dunia agar senantiasa membina persahabatan, menjalin persaudaraan, saling menghormati dan tidak mempolitisasi agama untuk kepentingan politik praktis. Yang dapat memecah belah persaudaraan seluruh umat manusia, sebangsa dan setanah air.
Langkah kemanusiaan ini tentu saja bukan tanggung jawab satu umat atau satu negara saja. Tetapi kerja sama semua umat termasuk Indonesia.
Dalam usaha meneruskan seruan ini dan demi meningkatkan penguatan toleransi dan mencegah peningkatan ekskalasi kebencian dan permusuhan di antara warga bangsa, Nurcholish Madjid Society, Maarif Institute, Wahid Foundation, Jaringan Gusdurian, dan Yayasan Terang Surabaya memandang sangat strategis Forum Titik Temu yang bertajuk "Persaudaraan Insani, Hidup Damai, dan Hidup Berdampingan".
Sebagaimana pesan tersebut, forum ini bertujuan untuk terus memperkuat persaudaraan dan perdamaian.
Forum ini juga hendak mengajak seluruh umat manusia. Apa pun latar belakangnya. Yakni mengecam segala bentuk teror, kekerasan, baik fisik maupun verbal, ekstremisme kekerasan, dan setiap bentuk keburukan yang merusak harmoni dan kedamaian hidup bersama.
"Forum ini lahir karena adanya keprihatinan kami bersama, baik sebagai bangsa Indonesia maupun sebagai warga dunia. Keprihatinan atas situasi intoleransi, eksklusivisme dalam beragama, terorisme, ujaran kebencian. Merebaknya hoax dan fitnah, serta politik aliran yang makin menguat," ujar Ketua Nurcholish Madjid Society, Muhamad Wahyuni Nafis, dalam pembukaan Forum.
Sementara Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian, Alissa Wahid, mengatakan forum ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa masalah terbesar kita adalah kebencian, bukan karena perbedaan.
"Di era dunia global ini, kita tak dapat menghindari keberagaman dalam hidup bersama. Kebencian antar kelompok akan membawa kehancuran, dan harus kita atasi dengan membangun jembatan-jembatan persaudaraan, dengan terus memupuk kepercayaan dan toleransi antar sesama. Selalu ada ruang hidup bersama dalam persatuan dan kedamaian," tandas Alissa.
Di antara seruan Forum yang dihadiri 200-an peserta ini juga menekankan pentingnya usaha-usaha memperkuat lembaga-lembaga pendidikan dan mendorong mereka untuk mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, budaya saling menghormati, kebebasan tanpa perbedaan.
Ervan Tou
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ini acara seremonial belaka dan tidak ada efeknya sama sekali bagi upaya membangun toleransi di bangsa ini. Lebih perlu AKSI NYATA.
BalasHapus