Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com- K abar duka datang biara susteran tarekat Fransiskus Misionaris Maria (FMM) yang terletak Jalan Trans Mbay-Maumere. Biara y...
-
Matakatolik.com- Liturgi mengatur beberapa warna khusus untuk liturgi selama pekan suci. Adapun warna liturgi tersebut, yaitu: ...
-
Matakatolik.Com - Organisasi Katolik Vox Populi Institute Indonesia atau Vox Point Indonesia menyelenggarakan diskusi politik Seri 4 sec...
-
Matakatolik.com- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjanjikan akan menyiapkan penginapan alternat...
-
Matakatolik.com -Yohanes Bayu Samudro dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Senin 10 Agustus 20...
-
Matakatolik.com - Oktober 2016 lalu, Vatikan mengeluarkan aturan baru yang melarang setiap umat Katolik menyimpan abu dari sisa pemb...
-
Matakatolik.Com – Cintaku kepada Katolik memuncak dalam misa pernikahan. “Pada saat itu, saya benar-benar jatuh cinta dengan Katolik,”...
-
Matakatolik.com -Umat katolik akan merayakan Hari Rabu Abu, 6 Maret 2019. Perayaan Rabu Abu merupakan rangkaian dan proses menuju hari ra...

Trimedya Panjaitan Sesalkan Jokowi yang Tidak Buat Pansel Dewas KPK
Matakatolik.com-Pelantikan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan berlangsung pada 20 Desember 2019 mendatang. Pada saat yang sama akan dilantik Dewan Pengawas (Dewas) yang disinyalir akan menjadi obat kuat bagi KPK.
Presiden Indonesia Joko Widodo sudah mengantongi nama-nama yang akan menduduki kursi Dewas. Dalam kisi-kisi yang ia beberkan, nama-nama tersebut adalah tokoh yang memiliki nama atau reputasi yang baik.
Selain itu, figur-figur yang dipilih datang dari beragam latar belakang. Ia menambahkan, nama-nama tersebut sudah masuk namun belum final.
“Jokowi membeberkan, calon Dewas KPK itu ada yang berasal dari hakim, jaksa, mantan KPK, ekonom, akademisi, dan ahli pidana,” kata Jokowi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/12).
Sesalkan Jokowi
Menanggapi terbentuknya Dewas KPK Anggota Komisi III DPR RI, Trimedya Panjaitan, sesalkan Jokowi yang tidak membentuk Panitia Seleksi (Pansel) Dewas KPK terlebih dahulu. Menurutnya presiden yang menentukan, sehingga bisa terukur siapa orang-orang yang akan diseleksi.
Ia menambahkan pihaknya juga menyesali hal tersebut karena tidak mendesak Jokowi untuk membuat Pansel di pemilihan Dewas. Ia mengaku pihaknya lupa untuk memberi tahu presiden karena waktu tidak memungkinkan.
Tapi keliatannya presiden tidak melakukan itu." kata Trimedya. “Itu yang juga kita alpa juga tidak mengingatkan mungkin juga ada soal waktu, mungkin ya,” imbuhnya dalam diskusi publik Forum Lintas Hukum di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/).
Lebih lanjut Trimedya membeberkan pihaknya berharap Dewas yang mungkin sudah di tangan Jokowi saat ini mempunyai kapasitas untuk menyempurnakan kinerja kelima pimpinan KPK yang baru.
"Kita tunggu aja. Kalau seandainya nama-nama itu yang akan jadi, ya menurut saya akan baik. Jadi kita serahkan lah kepada lima pimpinan ini plus empat nanti Dewas yang akan ditentukan," kata dia.
Soal Agung Artidjo Alkostar
Jokowi hingga saat ini masih merahasiakan nama-nama anggota Dewas yang ditunggu-tunggu publik. Diisukan ada dua nama yang menjadi kadindat kuat yaitu hakim Artidjo Alkostar dan Albertina Ho
Trimedya menyambut baik hakim Artidjo Alkostar yang masuk bursa calon Dewas KPK. Ia menilai masuknya hakim Artidjo Alkostar sebagai Dewas KPK nantinya akan memperkuat lembaga antirasuah tersebut dalam memberantas korupsi.
"Kalau betul Pak Artidjo akan diumumkan oleh presiden, saya kira ini prospek yang baik bagi KPK," kata dia.
Menurutnya Artidjo mempunyai rekam jejak yang baik selama menjadi hakim agung selama 15 tahun. Dalam kurun waktu itu Artidjo juga tidak dapat diintervensi oleh siapapun.
"Kita tahu hampir 15 tahun dia jadi hakim agung tak ada yang bisa intervensi beliau," jelasnya.
Artidjo sebagai Dewas kata Trimedya bisa bersinergi dengan pimpinan KPK Komjen Firli Bahuri Cs. Ia menuturkan Artidjo dan Firli mempunyai komitmen yang baik dalam pemberantasan korupsi. Ia mengakui hal itu dikarenakan mereka memiliki latar belakang yang mumpuni dibidangnya yakni sebagai hakim Agung (Artidjo) dan pernah di KPK (Firli).
"Kalau itu benar, saya rasa sangat baik karena Artidjo bisa bersinergi dengan Pak Firli. Kan Pak Firli juga pernah di dalam (KPK) dan tahu bidangnya," tutupnya..
Willy Matrona
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar