Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
Solusi Untuk Anda!
Trimedya Panjaitan Sesalkan Jokowi yang Tidak Buat Pansel Dewas KPK
Matakatolik.com-Pelantikan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan berlangsung pada 20 Desember 2019 mendatang. Pada saat yang sama akan dilantik Dewan Pengawas (Dewas) yang disinyalir akan menjadi obat kuat bagi KPK.
Presiden Indonesia Joko Widodo sudah mengantongi nama-nama yang akan menduduki kursi Dewas. Dalam kisi-kisi yang ia beberkan, nama-nama tersebut adalah tokoh yang memiliki nama atau reputasi yang baik.
Selain itu, figur-figur yang dipilih datang dari beragam latar belakang. Ia menambahkan, nama-nama tersebut sudah masuk namun belum final.
“Jokowi membeberkan, calon Dewas KPK itu ada yang berasal dari hakim, jaksa, mantan KPK, ekonom, akademisi, dan ahli pidana,” kata Jokowi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/12).
Sesalkan Jokowi
Menanggapi terbentuknya Dewas KPK Anggota Komisi III DPR RI, Trimedya Panjaitan, sesalkan Jokowi yang tidak membentuk Panitia Seleksi (Pansel) Dewas KPK terlebih dahulu. Menurutnya presiden yang menentukan, sehingga bisa terukur siapa orang-orang yang akan diseleksi.
Ia menambahkan pihaknya juga menyesali hal tersebut karena tidak mendesak Jokowi untuk membuat Pansel di pemilihan Dewas. Ia mengaku pihaknya lupa untuk memberi tahu presiden karena waktu tidak memungkinkan.
Tapi keliatannya presiden tidak melakukan itu." kata Trimedya. “Itu yang juga kita alpa juga tidak mengingatkan mungkin juga ada soal waktu, mungkin ya,” imbuhnya dalam diskusi publik Forum Lintas Hukum di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (18/12/).
Lebih lanjut Trimedya membeberkan pihaknya berharap Dewas yang mungkin sudah di tangan Jokowi saat ini mempunyai kapasitas untuk menyempurnakan kinerja kelima pimpinan KPK yang baru.
"Kita tunggu aja. Kalau seandainya nama-nama itu yang akan jadi, ya menurut saya akan baik. Jadi kita serahkan lah kepada lima pimpinan ini plus empat nanti Dewas yang akan ditentukan," kata dia.
Soal Agung Artidjo Alkostar
Jokowi hingga saat ini masih merahasiakan nama-nama anggota Dewas yang ditunggu-tunggu publik. Diisukan ada dua nama yang menjadi kadindat kuat yaitu hakim Artidjo Alkostar dan Albertina Ho
Trimedya menyambut baik hakim Artidjo Alkostar yang masuk bursa calon Dewas KPK. Ia menilai masuknya hakim Artidjo Alkostar sebagai Dewas KPK nantinya akan memperkuat lembaga antirasuah tersebut dalam memberantas korupsi.
"Kalau betul Pak Artidjo akan diumumkan oleh presiden, saya kira ini prospek yang baik bagi KPK," kata dia.
Menurutnya Artidjo mempunyai rekam jejak yang baik selama menjadi hakim agung selama 15 tahun. Dalam kurun waktu itu Artidjo juga tidak dapat diintervensi oleh siapapun.
"Kita tahu hampir 15 tahun dia jadi hakim agung tak ada yang bisa intervensi beliau," jelasnya.
Artidjo sebagai Dewas kata Trimedya bisa bersinergi dengan pimpinan KPK Komjen Firli Bahuri Cs. Ia menuturkan Artidjo dan Firli mempunyai komitmen yang baik dalam pemberantasan korupsi. Ia mengakui hal itu dikarenakan mereka memiliki latar belakang yang mumpuni dibidangnya yakni sebagai hakim Agung (Artidjo) dan pernah di KPK (Firli).
"Kalau itu benar, saya rasa sangat baik karena Artidjo bisa bersinergi dengan Pak Firli. Kan Pak Firli juga pernah di dalam (KPK) dan tahu bidangnya," tutupnya..
Willy Matrona
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar