Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com- Presiden Jokowi memberi ucapan selamat hari perayaan Jumat Agung kepada seluruh umat Kristiani di Indonesia. Ucapan Pr...
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
-
Matakatolik.com- Saudara sekalian yang terkasih, selamat merayakan tri hari suci paskah. Tri hari suci: Kamis Putih, Jumat Agung dan Sa...
-
Matakatolik.com -Yohanes Bayu Samudro dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Senin 10 Agustus 20...
-
Viktus Murin Matakatolik.com -Tokoh Kristiani Tahun 2018 Pilihan Majalah Narwastu, Viktus Murin mengecam keras 'aksi paksa mengecap...
-
Matakatolik.com -Kasih harus menjadi pedoman dalam membangun Reksa Pastoral di Keuskupan Ruteng Manggarai Flores NTT. Hal ini disampaikan...
-
Matakatolik.Com – Cintaku kepada Katolik memuncak dalam misa pernikahan. “Pada saat itu, saya benar-benar jatuh cinta dengan Katolik,”...
-
Matakatolik.com -Umat katolik akan merayakan Hari Rabu Abu, 6 Maret 2019. Perayaan Rabu Abu merupakan rangkaian dan proses menuju hari ra...

Seruan Moral Komisi Kerawam KWI Dalam Pilkada Serentak 2018
Matakatolik.Com - Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menyampaikan seruan moral terkait Pilkada Serentak 2018. KWI mencatat, sebagai bagian bangsa Indonesia, umat Katolik terpanggil untuk ikut merawat dan
memajukan kehidupan demokrasi yang sehat, bersih, dan bermartabat.
Menurut KWI, Pilkada serentak yang
berlangsung di 171 daerah menjadi momentum untuk menghayati semboyan “100% Katolik dan 100% Indonesia” sebagaimana telah diajarkan oleh leluhur kita Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.
Oleh karena itu, dalam rangka pemilihan kepala daerah ini, ada beberapa hal yang baik untuk kita perhatikan bersama.
Pertama, politik pada dasarnya baik karena sarana untuk mewujudkan kesejahteraan bersama (bonum commune). Politik sendiri mengandung nilai-nilai luhur seperti pelayanan, pengabdian, pengorbanan, keadilan, kejujuran, ketulusan, solidaritas, kebebasan, dan tanggungjawab. Jika nilai-nilai itu dihidupi dan menjadi pegangan dalam hidup berbangsa, maka politik akan
menjadi salah satu bidang kehidupan yang amat mulia. Politik menjadi tampak tidak baik, suram, dan kotor karena para pelaku atau aktor politiknya yang sering mengabaikan nilai-nilai tersebut.
Kedua, umat Katolik dipanggil dan diutus oleh Allah untuk menjadi garam dan terang dunia (bdk. Mat.15:13-14). Dalam konteks Pilkada ini, garam dan terang dunia itu dapat diupayakan dengan menjadi pemilih yang baik, bijak, dan cerdas; menjadi bagian dari panitia penyelenggara dalam berbagai tingkatan; menjadi kandidat yang bersaing dengan cara-cara yang bermartabat. Pilkada merupakan kesempatan untuk menghidupi nilai-nilai kristiani yang universal.
Oleh karena itu, kehidupan politik harus selalu berada dalam batas-batas moral
sehingga kehidupan bersama yang lebih baik akan menjadi kenyataan (bdk. Gaudium et Spes no. 74).
Ketiga, dalam rangka mensukseskan pesta demokrasi tersebut, maka umat Katolik dalam pemilihan kepala daerah ini diharapkan menjadi pemilih yang cerdas, bertanggungjawab, dan proaktif. Artinya mau meluangkan waktu untuk mengecek nama di Daftar Pemilih Tetap (DPT), datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk memberikan hak suara, dan ikut mengawasi
penghitungan suara.
Kemudian, masyarakat harus memilih secara rasional, artinya umat Katolik mengetahui kandidat yang akan dipillih
dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai media yang dipercaya.
KWI juga berharap agar umat Katolik ikut menolak politik uang. Artinya umat Katolik berani menolak uang atau barang apapun
yang diberikan dengan maksud agar mereka memilih calon tertentu.
Masyarakat juga diharapkan untuk memilih kandidat yang beriman, mengamalkan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan
berani bersikap tegas menolak radikalisme dan segala bentuk intoleransi.
KWI juga mendorong umat Katolik agar dapat memilih kandidat yang dapat memperjuangkan kepentingan umum dan aspirasi Gereja Katolik.
Kemudian, memilih kandidat yang mempunyai rekam jejak yang baik dan berdasarkan suara hati dan bukan karena adanya tekanan dan pesanan
tertentu.
Masyarakat juga diminta untuk peka dan peduli dengan sesama pemilih, khususnya mereka yang mengalami sebagai Kandidat agar berkampanye bersih
dan tidak mempolitisasi SARA.
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar