Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com- K abar duka datang biara susteran tarekat Fransiskus Misionaris Maria (FMM) yang terletak Jalan Trans Mbay-Maumere. Biara y...
-
Matakatolik.com- Liturgi mengatur beberapa warna khusus untuk liturgi selama pekan suci. Adapun warna liturgi tersebut, yaitu: ...
-
Matakatolik.Com - Organisasi Katolik Vox Populi Institute Indonesia atau Vox Point Indonesia menyelenggarakan diskusi politik Seri 4 sec...
-
Matakatolik.com- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjanjikan akan menyiapkan penginapan alternat...
-
Matakatolik.com -Yohanes Bayu Samudro dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Senin 10 Agustus 20...
-
Matakatolik.com - Oktober 2016 lalu, Vatikan mengeluarkan aturan baru yang melarang setiap umat Katolik menyimpan abu dari sisa pemb...
-
Matakatolik.Com – Cintaku kepada Katolik memuncak dalam misa pernikahan. “Pada saat itu, saya benar-benar jatuh cinta dengan Katolik,”...
-
Matakatolik.com -Umat katolik akan merayakan Hari Rabu Abu, 6 Maret 2019. Perayaan Rabu Abu merupakan rangkaian dan proses menuju hari ra...

Dua Tokoh Muda berprestasi raih Frans Seda Award
Matakatolik.Com-Dua tokoh muda Brigadir Polisi Muhamad Saleh dan Edi Syahputra menerima penghargaan Frans Seda Award (FSA) 2018 dari Yayasan Atma Jaya.
Mereka dinilai berprestasi dan punya peran besar dalam bidang pendidikan dan kemanusiaan.
Acara Frans Seda Award 2018 berlangsung di Kampus Unika Atma Jaya, Jakarta, Jumat (26/10/2018).
Rektor Unika Atma Jaya, A Prasetyantoko, mengatakan tahun ini memberikan penghargaan kepada dua pemuda berprestasi.
"Keduanya memiliki peran signifikan pada bidang pendidikan dan kemanusiaan," kata dia.
Brigadir Muhamad Saleh merupakan polisi asal Bombana, Sulawesi Tenggara. Ia adalah pendiri sekolah swasta "Anak Soleh".
Dalam karyanya, ia mendirikan sekolah karena melihat anak-anak kecil setiap hari harus berjalan kaki sejauh lima hingga delapan kilometer untuk belajar.
Kegiatan sekolah semula dilakukan di rumah warga, dan dengan bantuan dari warga pula kemudian kegiatan sekolah berlangsung dalam tiga kelas, kelas satu, dua, dan tiga.
Muhammad Saleh dan istrinya yang awalnya menjadi guru bagi anak-anak yang belajar di sekolah itu sebelum datang tiga guru yang mengajar di masing-masing kelas dengan gaji dari uang saku Muhammad Saleh.
Sementara, Edi Syahputra adalah sosok yang bergerak di bidang kemanusiaan.
Pria asal Langkat, Sumatera Utara, itu menerima FSA Bidang Kemanusiaan karena mendirikan Sanggar Tratama.
Ia mengupayakan agar anak-anak menjauhkan dari hiburan yang berdampak buruk seperti narkoba dan gim daring.
Prasetyantoko menjelaskan FSA merupakan upaya Atma Jaya untuk mempertahankan, menjaga, dan merawat semangat pendiri dengan memberikan penghargaan bagi orang-orang yang punya visi dan semangat yang sama dengan pendiri.
Para pemenang FSA 2018 pada masing-masing kategori mendapatkan medali, sertifikat, dan uang tunai senilai Rp50 juta.
FSA diselenggarakan setiap dua tahun sekali sejak 2012 dan tahun ini nominasinya berasal dari sembilan provinsi dan 10 kota.
Matakatolik - Ervan Tou
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar