Matakatolik.com-Wanita berhijab bernama Dewi Kartika Maharani Praswida (23) viral di media sosial. Lantaran fotonya saat bersalaman akrab dengan Paus Fransiskus di Vatikan saat audiensi umum beberapa waktu lalu.
Potret wanita muda asal Semarang itu dan Bapa Suci di-posting Fadjroel Rachman, pengamat ilmu sosial dan politik Universitas Indonesia, di akun Instagram dan Twitter pribadinya.
Seperti dilansir dari Liputan6, Kepada warganet, Fadjroel bermaksud untuk menyampaikan tentang persatuan umat beragama di dunia, meski berbeda keyakinan yang direpresentasikan lewat pakaian. Dewi mengenakan jilbab, sedangkan Paus Fransiskus identik dengan jubah.
Sebagaimana diketahui, Dewi, penerima beasiswa Nostra Aetate (pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-Agama Bukan Kristen), sudah sering bersua langsung dengan Paus Fransiskus.
Perjumpaan pertama terjadi pada Maret 2018, dalam kegiatan Pra-Sinode Orang Muda Katolik (OMK) Sedunia di Vatikan.
Dewi ikut serta dalam rombongan delegasi Orang Muda Katolik (OMK) Indonesia utusan resmi Komisi Kepemudaan Konferensi Wali-gereja Indonesia (KWI).
Dewi ditunjuk oleh Komisi Kepemudaan KWI untuk ikut serta dalam pertemuan OMK Sedunia bersama Paus Fransiskus. Kala itu, Dewi datang bersama dua perwakilan WNI yang beragama Katolik.
Di sana, hanya Dewi yang menjadi satu-satunya perempuan Muslim berjilbab, di samping wanita muda lain dari Lebanon yang juga beragama Islam tapi tidak mengenakan kerudung.
"Saya seorang Muslimah dari Indonesia," demikian kalimat yang terucap secara spontan dari mulut Dewi saat berhadapan dengan Paus Fransiskus.
Paus merespons: "Oh... Baik. Saya ingin mendoakan Anda," ucap Dewi menirukan Paus, kepada sesawi.net.
Sementara itu, dalam forum Pra-Sinode Orang Muda Sedunia di Vatikan pada ahun lalu, Dewi sempat mempertanyakan penunjukkannya untuk mengikuti kegiatan bergengsi tersebut: Mengapa dia yang bukan Katolik dari Indonesia justru diundang ke diskusi itu?
Jawab Vatikan: "Justru karena itulah, Muslim dan dari Indonesia yang menjadi negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, maka kehadiranmu sangat signifikan di forum ini."
Selama berada di sana, Dewi merasakan atmosfer pergaulan yang hangat, dihargai dan dihormati keberadaannya, meski berbeda soal iman.
Enam bulan Dewi banyak mengetahui dan belajar tentang dialog antar agama terutama pengetahuan tentang Agama Katolik pada Studi Dialog Lintas Agama di Universitas Angelicvm dan PISAI (Pontifical Institute of Arab and Islamic Studies) Roma Italia.
"Kehangatan toleransi umat beragama tak hanya saya rasakan saat bersalaman dan didoakan Paus Fransiskus, masyarakat di sana juga saling mengormati antar agama," kata Dewi, kepada Suara.com, Minggu (30/6/2019).
Dikarenakan belajar di salah satu kampus Kepausan, Universitas Angelvicm Roma, sebagai pusat Kekatolikan dunia membuat Dewi belajar banyak tentang agama baik sejarah hingga beberapa dogmanya.
"Ternyata banyak hal yang berbeda dari yang saya duga, hal itu semakin membuka wawasan saya," tuturnya.
Gereja Katholik Roma, kata Dewi, sangat terbuka dengan semua orang tanpa membedakan latar belakang sehingga tidak ada masalah ketika Dewi berada di tengah pusat umat Katolik dunia itu.
"Sependek yang saya tahu beberapa orang menganggap bahwa umat Kristen itu memusuhi umat Islam, ternyata tidak, yang saya temui di sana penuh kasih sayang semuanya," ungkapnya.
Selama studi di Roma dan Vatikan, Dewi mengaku sering berkunjung ke gereja untuk belajar lebih dalam tentang apa yang mereka lakukan agar ke depan semakin saling memahami bukan menghakimi.
"Barangkali beberapa orang memiliki pemikiran sangat fundamentalis dan tidak cocok dengan agama lain hingga senang menduga-duga tapi saya rasa itu tidak semuanya, alias kita tidak boleh menggeneralisasikannya," ujarnya.
"Saya juga sering main bersama para pastor dan biarawati, dari situ saya belajar juga tentang kehidupan mereka," imbuhnya.
Matakatolik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar