Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
Solusi Untuk Anda!
Indonesia Sharing Kerukunan dan Toleransi Beragama di Finlandia
Matakatolik.com-Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama Republik Indonesia berbagi pengalaman tentang toleransi dan kerukunan umat beragama di Finlandia, Selasa (1/10).
Hadir di Helsinki, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB), Nifasri bersama tokoh agama dari Papua Pendeta Yan Piet Wambrau, Pendeta Metusaleh Maury, Pendeta Willem Rumbiak. Ikut mendampingi Kepala Bidang Harmonisasi Umat Beragama PKUB Anwaruddin Ambary. Rombongan tiba di Helsinki pada Selasa, 1 Oktober 2019.
Didampingi Duta Besar (Dubes) RI untuk Finlandia dan Estonia Wiwiek Setiowati Firman, delegasi langsung melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama Kristen Finlandia yang tergabung dalam Finnish Ecumenical Council dan the Finnish National Church Council atau yang biasa dikenal juga dengan Evangelical Lutheran Church of Finland.
Nifasri menyampaikan bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Namun, Indonesia bukan negara Islam, juga bukan negara sekuler. Ajaran agama menempati posisi sentral dalam bernegara.
"Indonesia adalah negara yang memegang teguh kebebasan beragama dan berkeyakinan yang diatur langsung dalam konstitusinya. Konstitusi di Indonesia membebaskan masyarakat dalam memilih agama dan beribadah menurut keyakinannya," terang Nifasri di Helsinki, Selasa (01/10).
"Walaupun di Indonesia memiliki keragaman agama, namun masyarakat Indonesia menjunjung tinggi toleransi dalam beragama," sambungnya.
Nufasri menambahkan, dalam upaya menjaga kerukunan umat beragama, Indonesia membentuk Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Forum ini sudah tersebar di 511 Kabupaten/Kota di Indonesia. "FKUB di Indonesia terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh PKUB berupa workshop, dialog lintas agama, dialog multikultural di lembaga pendidikan dan lain sebagainya," tuturnya.
Delegasi Papua menyampaikan bahwa peristiwa yang terjadi di Papua bukan merupakan konflik agama. Mereka menjelaskan bahwa konflik yang terjadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama.
Sebaliknya, agama adalah salah satu elemen yang dipercaya dapat meredakan ketegangan di Papua. Hal itu karena agama masih sangat dihargai di tanah Papua.
"Dinamika kerukunan umat beragama di Papua yang terjadi memerlukan dukungan yang komprehensif dari berbagai pihak. Kami tidak bisa jalan dan berdiri sendiri," tegasnya.
Sementara itu, dari pihak Finlandia yang diwakili oleh Mari-Anna Auvinen menyampaikan bahwa para agamawan di Finlandia bekerja bersama untuk menjaga harmoni.
Kristen Lutheran merupakan mayoritas di Finlandia namun mereka bekerjasama dan membangun hubungan yang baik dengan komunitas Muslim, Yahudi dan lainnya.
"Di sini, setiap warga negara memiliki hak untuk hidup damai, mendapatkan pendidikan dan untuk hidup layak, kami merasa perlu belajar dari Indonesia yang sudah terbiasa hidup dalam bingkai multietnis dan multikultur," jelas perempuan yang juga sebagai Sekretaris Jenderal Finnish Ecumenical Council ini.
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar