Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
Petrus Selestinus Matakatolik.com -Pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, pada Hari Kamis tanggal 20 Desember 2018,...
-
Matakatolik.com - Gubernur DKI Anies Baswedan mengajak warga merayakan Natal bersama Pemprov DKI. Perayaan Natal akan dirayakan di Ancol...
-
Matakatolik.Com – Cintaku kepada Katolik memuncak dalam misa pernikahan. “Pada saat itu, saya benar-benar jatuh cinta dengan Katolik,”...
-
Matakatolik.Com - PMKRI Cabang Jakarta Pusat Sanctus Robertus Bellarminus audiensi dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Rabu (7/1...
-
Matakatolik.Com - Pemuda Katolik Komisariat Cabang Kota Kendari mengadakan kegiatan bakti sosial dan donor darah, yang berlangsung di Ke...
-
Menteri Susi Pudjiastuti Saat Bertemu Paus Fransiskus Matakatolik.Com- Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, bertemu Paus F...
-
Matakatolik.Com -Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) melalui Surat Penetapan Kenaikan Jabatan Akademik...

Metode Propaganda Rusia Dinilai Ancam Demokrasi Indonesia
Bony Hargens
Matakatolik.Com– Pendekatan Propaganda Rusia yang dikenal dengan istilah firehouse of falsehood (FoF) dinilai bisa mengancam eksistensi demokrasi Indonesia. FoF tergambar lewat suburnya penyebaran informasi hoaks dan berkembangnya isu politik identitas.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Bony Hargens dalam seminar bertajuk “Propaganda Rusia: Ancaman Bagi Demokrasi Kita” di Kuningan, Jakarta, Sabtu (9/2/2019).
Bony mengingatkan bahaya FoF ini dalam kampanye Pemilu 2019. Teknik ini berhasil digunakan Rusia saat mencaplok Krimea dan serangan Georgia.
“Ciri FoF ini adalah massifnya berita hoaks dan kebohongan by design. Lalu belakangan, diterapkan dalam dunia politik kepemiluan di sejumlah negara. Di Indonesia, dimulai saat Pilkada Jakarta yang sejak saat itu massif digunakan,” terang Bony menjelaskan.
Direktur LPI itu menegaskan model politik kebohongan yang diterapkan dalam konteks perang lalu dipaksa digunakan dalam kepentingan Pemilu adalah ancaman serius bagi eksistensi demokrasi dan kehidupan bernegara kita.
Karena itu, lanjut Bony, penggunaan metode propaganda Rusia ini untuk memenangkan kontestasi politik segera dihentikan karena sejumlah alasan:
Pertama, pemilu akhirnya dipandang sebagai perang sehingga peluangan kekerasan horizontal sangat mungkin terjadi. Kedua, pendekatan Rusia ini bisa menghancurkan seluruh tradisi dan budaya politik Indonesia yang berbasis kekeluargaan. Ketiga, kepemimpinan politik yang dilahirkan dari model propaganda kebohongan akan melahirkan rejim kebohongan.
Istilah propaganda Rusia ramai dibicarakan setelah calon presiden Jokowi Widodo menyebutkannya dalam kampanye di Surabaya pekan lalu. Saat itu Jokowi menyebut ada tim sukses yang memakai konsultan asing dengan menerapkan metode propaganda Rusia.
Leksi Nantu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar