Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Artis kenamaan Ruben Onsu mengaku siap menjadi orang tua penyanyi cilik asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), Betra...
-
Matakatolik.com -Jangan anggap remeh air suci. Air berkat yang telah diberkati pastor adalah air suci yang telah diberkati Tuhan. Penga...
-
Matakatolik.com - Paus Fransiskus menunjuk Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo sebagai salah satu Kardinal, sebagaimana dikutip dar...
-
Matakatolik.com -Dalam rangka mendorong partisipasi kaum milenial dalam Pemilu 2019, KOKAPPI (Komite Ormas Katolik Peduli Pemilu) yang te...
-
Matakatolik.com -Hari Ini, 57 Kelompok kuliah Kerja Nyta (KKN) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesi...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
Matakatolik.com -Sebanyak 677 mahasiswa baru FKIP Unika Santu Paulus Ruteng mengawali kuliah tahun akademik 2019/2020 dengan kegiatan pen...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia Yohanes Handojo Budhisedjati Matakatolik.com -Dewan Pimpinan Nasional Vox Point Indonesia meminta seluru...

Metode Propaganda Rusia Dinilai Ancam Demokrasi Indonesia
Bony Hargens
Matakatolik.Com– Pendekatan Propaganda Rusia yang dikenal dengan istilah firehouse of falsehood (FoF) dinilai bisa mengancam eksistensi demokrasi Indonesia. FoF tergambar lewat suburnya penyebaran informasi hoaks dan berkembangnya isu politik identitas.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Bony Hargens dalam seminar bertajuk “Propaganda Rusia: Ancaman Bagi Demokrasi Kita” di Kuningan, Jakarta, Sabtu (9/2/2019).
Bony mengingatkan bahaya FoF ini dalam kampanye Pemilu 2019. Teknik ini berhasil digunakan Rusia saat mencaplok Krimea dan serangan Georgia.
“Ciri FoF ini adalah massifnya berita hoaks dan kebohongan by design. Lalu belakangan, diterapkan dalam dunia politik kepemiluan di sejumlah negara. Di Indonesia, dimulai saat Pilkada Jakarta yang sejak saat itu massif digunakan,” terang Bony menjelaskan.
Direktur LPI itu menegaskan model politik kebohongan yang diterapkan dalam konteks perang lalu dipaksa digunakan dalam kepentingan Pemilu adalah ancaman serius bagi eksistensi demokrasi dan kehidupan bernegara kita.
Karena itu, lanjut Bony, penggunaan metode propaganda Rusia ini untuk memenangkan kontestasi politik segera dihentikan karena sejumlah alasan:
Pertama, pemilu akhirnya dipandang sebagai perang sehingga peluangan kekerasan horizontal sangat mungkin terjadi. Kedua, pendekatan Rusia ini bisa menghancurkan seluruh tradisi dan budaya politik Indonesia yang berbasis kekeluargaan. Ketiga, kepemimpinan politik yang dilahirkan dari model propaganda kebohongan akan melahirkan rejim kebohongan.
Istilah propaganda Rusia ramai dibicarakan setelah calon presiden Jokowi Widodo menyebutkannya dalam kampanye di Surabaya pekan lalu. Saat itu Jokowi menyebut ada tim sukses yang memakai konsultan asing dengan menerapkan metode propaganda Rusia.
Leksi Nantu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar