Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
Solusi Untuk Anda!
Waspada Politik Pecah Belah Pilpres 2019
Matakatolik.Com-Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Vox Point Indonesia kembali menggelar seminar dan diskusi terbuka terkait ancaman politik pecah belah menjelang Tahun Elektoral Pilpres dan Pileg 2019. Acara berlangsung di Sanggar Prathivi Building, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (6/12/2018).
Hadir sebagai pembicara Intan Fitriana Fauzi TKN Prabowo-Sandi dari Fraksi PAN DPR RI, TKN Jokowi-Ma’aruf sekaligus Politisi PKB Abdul Kadir Karding, Direktur Eksekutif SMRC Sirajuddin Abbas dan Wakil Ketua Umum DPN Vox Point Indonesia Susana Suryani Sarumaha.
Dalam pengantarnya atas seminar ini, Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handoyo Budhisedjati, mengingatkan pentingnya masyarakat mewaspadai politik pecah belah yang dimainkan oleh oknum atau kelompok tertentu. Ia berharap agar masyarakat selalu mengedepankan politik kebangsaan.
Tim pemenangan, lanjut Handoyo, harus memberikan edukasi politik yang baik dengan cara mengampanyekan visi-misi dan program setiap calon presiden. Ia menegaskan Vox Point Indonesia mengambil posisi netral dalam setiap perhelatan politik apalagi dalam Pilpres dan Pileg mendatang.
Netralitas lembaga independen seperti Vox Point Indonesia dalam pesta politik disyukuri dan diharapkan oleh kedua kubu, Intan Fauzi dari Prabowo-Sandi dan Abdul Karding dari Jokowi-Ma’aruf. Keduanya sepakat, masing-masing tim kemenangan siap bertarung menjual ide dan gagasan untuk kemajuan Indonesia, alih-alih mengedepankan istilah-istilah primordial yang berpotensi memecah-belah masyarakat.
“Jangan sampai terminologi itu meningkatkan sentimen primordialisme di masyarakat. Kita tidak mau bangsa ini bubar karena satu atau dua terminologi berbahaya yang membuat masyarakat makin terpecah-belah, terang Intan Fauzi dalam penjelasannya.
Perbedaan gaya dan strategi politik kedua paslon dijelaskan Sirajuddin Abbas sebagai upaya memenangkan keuntungan elektoral. Menurut Direktur Eksekutif SMRC ini kedua kubu sama-sama mengusung populisme, sekalipun di spektrum yang berbeda. Sang petahana Jokowi dipersepsikan sebagai tokoh populis kiri yang setia dengan strategi blusukan dan memperlakukan rakyat secara egaliter. Selain itu kebijakan untuk menekan harga BBM dan beberapa barang kebutuhan pokok saat terjadi defisit di APBN misalnya menjadi program populis untuk menarik hati masyarakat.
Sebaliknya populisme Prabowo, jelas Abbas, ada di spketrum politik kanan. Prabowo setia menjual gagasan kebocoran kekayaan nasional, utang, pertumbuhan ekonomi yang melambat hingga isu-isu nasionalisme. Isu-isu spesifik macam agama hingga konsepsi pribumi-non pribumi juga dipadukan dalam strategi politik kanan Prabowo.
"Gaya populisme sayap kanan ini terbukti berhasil di Amerika dan Perancis misalnya. Mereka menggabungkan sentimen berbasis agama dengan retorika-retorika populis kerakyatan,” terang Abbas.
Lalu, siapa yang akan menang? Menarik untuk ditunggu. Yang pasti, Pilpres dan Pileg 2019, seperti disampaikan Susana Sarumaha, harus menjadi pesta demokrasi yang menggembirakan. Calon DPD RI No 44 Dapil DKI Jakarta ini mengingatkan pentingnya menjadi pemilih yang cerdas, bukan emosional.
Leksy Nantu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar