Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
-
Viktus Murin Matakatolik.com -Tokoh Kristiani Tahun 2018 Pilihan Majalah Narwastu, Viktus Murin mengecam keras 'aksi paksa mengecap...
-
Matakatolik.com- Presiden Jokowi memberi ucapan selamat hari perayaan Jumat Agung kepada seluruh umat Kristiani di Indonesia. Ucapan Pr...
-
Matakatolik.com -Kasih harus menjadi pedoman dalam membangun Reksa Pastoral di Keuskupan Ruteng Manggarai Flores NTT. Hal ini disampaikan...
-
Matakatolik.com- Saudara sekalian yang terkasih, selamat merayakan tri hari suci paskah. Tri hari suci: Kamis Putih, Jumat Agung dan Sa...
-
Matakatolik.com -Yohanes Bayu Samudro dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Senin 10 Agustus 20...
-
Matakatolik.com -Menteri Agama Fachrul Razi hari ini menunjuk Aloma Sarumaha sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Bimas Katolik. Bersamaa...
-
Matakatolik.com - Direktur Lembaga Kajian dan Aksi Kebangsaan (LKAK), Viktus Murin mendesak Presiden Jokowi untuk menegur Menteri Agama F...

Buka Sinode PGI, Menag: Agama Itu Ramah, Bukan Marah
Matakatolik.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kembali mengingatkan pentingnya mengajarkan agama dengan penuh kasih sayang. Mengajarkan agama dengan ramah bukan dengan marah. Hal ini disampaikan Menag saat membuka Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (MPL-PGI) 2019, di Cisarua, Bogor.
"Inti ajaran agama adalah kasih sayang. Maka, agama tak bisa disebarkan dengan rasa benci," tegas Menag, Senin (28/01/2019).
Sidang yang diikuti oleh sinode-sinode yang berada di bawah Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) ini berlangsung tiga hari, 28 - 31 Januari 2019. Pokok pikiran yang diangkat dalam forum PGI tersebut adalah 'Spiritualitas Keugaharian: Membangun Demokrasi yang Adil bagi Kesejahteraan'.
Dilansir website Kementerian Agama RI, Menag mengapresiasi pokok pikiran tersebut. Menurutnya, spiritualitas keugaharian yang maknanya kesederhanaan dan kebersahajaan, berpangkal pada rasa cukup. "Pangkal permasalahan atau pun bencana yang kerap terjadi, karena manusia seringkali merasa kurang cukup," kata Menag.
Hal ini menurut Menag juga memiliki relevansi dalam rangka membangun demokrasi. "Kita terus belajar berdemokrasi dengan baik. Karena dari demokrasi, akan ada titik temu atas perbedaan yang ada," kata Menag.
Menag pun berpesan, untuk mencapai titik temu, maka setiap umat beragama harus dapat mengedepankan kerendahhatian dalam beragama. "Saat ini masalah kita adalah karena kita merasa yang paling benar," imbuh Menag.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PGI Pdt. Henrietta Tabita Hutabarat-Lebang juga mengungkapkan bahwa Spiritual Keugaharian perlu dikembangkan untuk mengatasi berbagai masalah-masalah bangsa yang kerap terjadi. "Terutama untuk mengatasi kerakusan yang saat ini banyak terjadi," tutur Eri Lebang.
Terkait dengan proses demokrasi, Eri Lebang menyampaikan pimpinan agama, dalam hal ini pimpinan gereja, memiliki tanggung jawab untuk mendampingi warga gereja untuk melakukan hak politiknya dalam mewujudkan demokrasi yang adil.
Turut hadir Dirjen Bimas Kristen Thomas Pentury, Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Ketua PGI Pendeta Henrietta Tanita Hutabarat, Kakanwil Kemenag Jabar Buchori, Ketua Pelaksana MPL PGI Pdt. Josafat Mesach.
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar