Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia(Polri) akan menggerakkan 4.520 personel keamanan, guna untuk mengamankan, pemimpin...
Solusi Untuk Anda!
Kardinal Terpilih adalah Tanda Kehormatan Bagi Indonesia
Mgr Ignatius Suharyo didampingi Vikjen KAJ RD. Samuel Pangestu dan Pastor Kepala Katedral Jakarta, RP. Hani Hartoko saat konferensi pers.
Matakatolik.com-Kursi-kursi masih kosong di Gedung Karya Pastoral, Katedral Jakarta, Jakarta Pusat pada Kamis (5/9/2019). Dua orang pastor berjubah putih sedang menunggu awak media yang satu persatu memasuki ruangan itu.
Mereka adalah Pastor Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) RD. Samuel Pangestu Pr dan Pastor Paroki Katedral Pastor Hani R Hartoko SJ. Hari ini memang telah dijadwalkan Jumpa Pers terkait terpilihnya Mgr. Ignatius Suharyo sebagai Kardinal yang baru oleh Paus Fransiskus di Vatikan.
Sebelum memulai jumpa pers itu, Pastor Hani begitu akrab disapa memberikan pengantar terkait perbedaan Kardinal, Uskup dan Pastor. Ia menjelaskan untuk mempermudah memahami tiga jabatan tersebut dapat dilihat dari simbol jubah yang digunakan.
Menurutnya, seorang imam menggunakan jubah hitam terkecuali imam di daerah tropis karena panas sehingga boleh menggunakan jubah putih. Sedangkan seorang Uskup menggunakan jubah serba ungu
“Jubah yang dipakai oleh seorang kardinal berwarna merah. Sedangkan Paus menggunakan jubah serbah putih,” kata pastor Hani.
Saya Kaget
Mgr. Ignatius Suharyo, Pr yang sesaat kemudian menyambangi awak media mengungkapkan perasaanya setelah mengetahui bahwa dirinya ditunjuk Paus Fransiskus sebagai satu dari 13 kardinal baru.
Uskup Keuskupan Agung Jakarta itu menceritakan sangat terkejut ketika mengetahui bahwa ia terpilih sebagai Kardinal.
Uskup Suharyo juga membeberkan umat mengetahui informasi tersebut terlebih dahulu. Ia mengakui bahwa handphon-nya sangat ramai oleh panggilan masuk saat dirinya ditunjuk.
Ia memutuskan untuk tidak mengangkat telpon tersebut karena kebanyakan nomor baru. Dia mengetahui informasi tersebut ketika ditelpon oleh duta besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo.
Dubes Vatikan mengatakan dirinya ditunjuk oleh Paus Fransiskus menjadi kardinal. Informasi tersebut membuat Uskup Suharyo kaget karena tanpa pemberitahuan apapun sebelumnya.
Berbeda ketika dirinya ditunjuk menjadi Uskup yang diberitahu terlebih dahulu dan melalui diskusi yang panjang.
“Saya diberitahu bahwa saya ditunjuk menjadi Uskup, kemudian diundang untuk mengatakan setuju atau tidak. Kalau setuju tidak ada diskusi, kalau tidak setuju lalu diskusi panjang. Waktu itu diskusi panjang, akhirnya saya setuju,” kata dia.
Ia menambahkan itu sangat berbeda dengan pengangkatan sebagai Kardinal yang tanpa melalui diskusi yang panjang. Meski demikian sebagai orang yang taat kepada Gereja Katolik Roma, ia tidak boleh menolak pilihan tersebut sebagai bentuk dari ketaatan.
Lebih lanjut ia membeberkan penunjukkan tersebut merupakan tradisi Gereja Katolik Roma (Cara Vatikan). Bukan soal kekuasaan atau jabatan yang diutamakan melainkan pelayanan yang makin luas.
Menghilangkan Eropa Sentris
Pada Minggu, 1 September 2019, dari sebuah Jendela Basilika Roma, Vatican, pukul 12.00 waktu Angelus, Paus Fransiskus mengumumkan 13 Kardinal baru.
Gereja Katedral Jakarta yang Bersebelahan dengan Mesjid Istiqlal.
Uskup Suharyo menyoroti hal yang berbeda dari sisi usia dalam keputusan Paus yang memilih para Kardinal dari berbagai belahan dunia ini.
Dari 13 kardinal yang dipilih ada 3 orang yang berusia lebih dari 80 tahun. Sedangkan 10 orang kardinal yang terpilih berusia di bawah 70 tahun termasuk Uskup Suharyo.
Tiga di antaranya adalah pejabat di Vatikan, dan tujuh orang lainnya adalah Uskup.
"Silakan membayangkan orang tua yang usianya 80 tahun. Itu artinya Gereja sangat menghargai ketiga pribadi itu karena peranan mereka di dalam kehidupan gereja Katolik dan masyarakat," kata Uskup TNI/POLRI itu.
Uskup Suharyo memberikan penafsiran terhadap pemilihan Kardinal yang dianggapnya sebagai suatu pembaharuan. Pertama, gereja katolik ingin menunjukkan sifatnya yang katolik atau umum.
“Kalau dulu, kardinal-kardinal itu kebanyakan dari Eropa dan dari negara-negara sebalah utara. Sekarang semakin jelas bahwa ada internasionalisasi dewan di Vatikan. Paus sudah menunjukkan Kardinal dari luar Eropa seperti Amerika Latin, Afrika dan Asia," bebernya.
Kedua gereja Katolik mau menunjukkan keterlibatan gereja terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
Setelah Konsili Vatikan ke II gereja katolik menunjukkan gereja yang berpihak pada kaum yang tertindas, lemah dan menjadi gereja yang memberi harapan.
Sudah begitu lama gereja Katolik konsen dengan masalah lingkungan hidup, pengungsi, kemiskinan, dialog antar iman.
Salah satu yang diangkat adalah pimpinan untuk hubungan antaragama. Jelas sekali arahnya ke mana.
“Salah satu yang juga diangkat adalah sekretaris dia, salah satu disteri. Kalau di Indonesia seperti kementerian yang mengusahakan perkembangan manusia integral, integral human development, seksi pengungsi dan perantau. Jelas sekali arahnya,” jelasnya.
Ketiga, consistorium ini dimana pengangkatan kardinal baru akan dilakukan pada tanggal 5 Oktober, waktu Vatikan memulai sinode khusus untuk Amazon.
Paus memberikan tindakan simbolik mengingat Amazon memiliki kaitan dengan lingkungan hidup. Sebelum memulai sinode tentang Amazon, diangkatlah kardinal-kardinal itu.
“Padahal biasanya consistorium ini dilaksanakan pada bulan November, dimajukan seperti halnya pemimpin-pemimpin sering membuat tindakan-tindakan simbolis ya, ini Paus juga membuat tindakan simbolik," ujar Uskup kelahiran Sedayu Yogyakarta, pada tahun 1950.
Penghormatan Bagi Indonesia
Mantan Uskup Agung Semarang ini menjelaskan Paus Fransiskus memiliki pertimbangan khusus dalam memilih dirinya.
Pemilihan terebut bukan karena prestasi melainkan karena Paus melihat Gereja Katolik Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurutnya bukan soal jumlah yang dilihat oleh Paus melainkan kekterlibatan Gereja Indonesia di masyarakat. Hal yang sama juga terjadi di Afrika dan Amerika Latin.
Ia membeberkan pengalamannya saat mengikuti misa di Eropa dimana umatnya sangat sedikit.
Padahal misa yang dirayakan merupakan perayaan yang besar. Hal itu berbeda dengan di Indonesia dimana umatnya begitu banyak yang datang ke gereja.
“Saat itu yang datang hanya kira-kira 20 orang, sedangkan di Indonesia bisa merayakan misa lebih dari satu kali dan diikuti oleh banyak orang,” kata dia.
Kardinal baru yang adalah satu-satunya dari Asia ini menambahkan Paus memiliki perhatian khusus terhadap gereja katolik Indonesia.
Dari pengalaman Uskup Suharyo saat bertemu Paus Fransiskus dalam berbagai kesempatan dimana Vatikan sangat menghargai harmoni kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya lintas iman.
Menurutnya Vatikan berupaya untuk semakin memahami Indonesia sebagai negara yang penduduknya mayoritas muslim.
“Islam Indonesia belum begitu dikenal di Eropa, yang lebih dikenal Islam di Timur Tengah. Ada gerakan yang sangat jelas, saudara-saudara kita di Eropa ingin mengenal lebih baik Islam di Indonesia karena memang berbeda," jelas Uskup Suharyo.
Selain itu penerus Kardinal Julius Darmaatmaja ini membeberkan umat Katolik Indonesia sejak sebelum kemerdekaan sudah mempunyai peranan yang berarti bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dirinya mengatakan, tonggak pertama keterlibatan gereja dalam sejarah Indonesia adalah tahun 1922 ketika seorang misionaris Belanda Pastor Van Lith mengatakan dengan tegas bahwa gereja katolik di Indonesia berpihak kepada orang-orang yang ditindas, yang saat itu disebut sebagai pribumi.
"Karena itu, pengamatan saya, pelantikan saya nanti sebagai kardinal itu saya pahami dengan penuh syukur bukan karena pribadi saya, tetapi karena pertama, gereja Katolik di Indonesia yang hidup ini dengan segala macam usaha untuk terlibat di dalam kehidupan bangsa. Kedua adalah penghargaan terhadap realitas kehidupan di Indonesia ini,” ungkapnya.
Kondisi Indonesia seperti ini yang harus diusahakan terus menerus meskipun begitu banyak tantangannya.
Kehidupan harmonis yang bisa menjadi tempat belajar bagi negara-negara dan komunitas lain, bahwa perbedaan itu tidak harus sama dengan perpisahan.
Tetapi, perbedaan itu yang memperkaya sejarah. Hal tersebut perlu dia sampaikan agar perhatian nanti tidak tertuju kepada dirinya, namun kepada gereja Katolik Indonesia dan NKRI.
"Itulah simbolik yang dibuat oleh Paus, ditunjukkan oleh Paus dengan mengangkat saya menjadi kardinal. Lingkungan Paus yang setiap saat, yang jika dipanggil harus berangkat karena salah satu tugasnya tentu adalah membantu memberikan saran-saran kalau diminta oleh Paus di dalam pelayanan, baik di gereja universal atau gereja-gereja setempat yang saya layani seperti gereja Keuskupan Agung Jakarta,” katanya.
Biografi Singkat
Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmojo lahir di Sedayu Yogyakarta, pada tahun 1950.
Beliau sudah memasuki Seminari sejak SMP di Mertoyudan, Magelang. Lalu melanjutkan ke Seminari Tinggi St. Paulus di Kentungan, Yogyakarta. Pada tahun 1981.
Ia memperoleh gelar Doktor Teologi Biblicum dari Universitas Urbania di Roma, Italia.
Pada 26 Januari 1976, beliau ditahbiskan sebagai imam. Setelah itu perjalanan hidupnya ke dunia akademis.
Pernah menjadi Dekan Fakultas Teologi hingga menjadi Direktur Program Pascasarjana di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hingga pada tanggal 21 April 1997, ia diangkat sebagai Uskup Agung Semarang, menggantikan Julius Kardinal Darmaatmadja yang pindah ke Keuskupan Agung Jakarta.
Tahbisan Uskup dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1997, dengan moto Tahbisan: Servines Domino Cum Omni Humilitate (Aku melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati, Kis 20: 19).
Ia menjadi Uskup KAJ pada tahun 2010, sekaligus menjadi Uskup Agung Ordinariat Militer Indonesia sejak tahun 2006.
Ia juga menjabat sebagai Ketua Konfrensi Waligereja Indonesia sejak tahun 2012 hingga sekarang.
Pada Minggu, 1 September 2019, pukul 12.00, Paus Fransiskus mengumumkan 13 Kardinal baru di Vatikan dan salah satunya adalah Uskup Suharyo.
Pelantikan menjadi Kardinal akan diselenggarakan dalam Consistorium (Sidang Para Kardinal) pada 5 Oktober 2019 mendatang di Vatican.
Willy Matrona
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar