Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com- Presiden Jokowi memberi ucapan selamat hari perayaan Jumat Agung kepada seluruh umat Kristiani di Indonesia. Ucapan Pr...
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
-
Matakatolik.com- Saudara sekalian yang terkasih, selamat merayakan tri hari suci paskah. Tri hari suci: Kamis Putih, Jumat Agung dan Sa...
-
Matakatolik.com -Yohanes Bayu Samudro dilantik menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh Menteri Agama Fachrul Razi di Jakarta, Senin 10 Agustus 20...
-
Viktus Murin Matakatolik.com -Tokoh Kristiani Tahun 2018 Pilihan Majalah Narwastu, Viktus Murin mengecam keras 'aksi paksa mengecap...
-
Matakatolik.com -Kasih harus menjadi pedoman dalam membangun Reksa Pastoral di Keuskupan Ruteng Manggarai Flores NTT. Hal ini disampaikan...
-
Matakatolik.Com – Cintaku kepada Katolik memuncak dalam misa pernikahan. “Pada saat itu, saya benar-benar jatuh cinta dengan Katolik,”...
-
Matakatolik.com -Umat katolik akan merayakan Hari Rabu Abu, 6 Maret 2019. Perayaan Rabu Abu merupakan rangkaian dan proses menuju hari ra...

HAM Tulang Cinta Kasih Kristiani
Matakatolik.Com - Gereja Katolik sesungguhnya tegas dalam prinsip dan aksi membela Hak Asasi Manusia. “Membela HAM adalah jalan menuju kesucian sosial. Hak Asasi Manusia adalah panggilan bagi kita semua untuk mengejar kesucian sosial.”
Hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Petrus C. Aman OFM dalam Sarasehan 70 tahun Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM), di aula LDD Katedral Jakarta, 08/11/2018.
Romo Peter, begitu ia disapa, menegaskan bahwa sesungguhnya HAM di dalam Katolik dibela berkat Konsili Vatikan II.
Mengapa HAM perlu dibela? Dosen Teologi Moral STF Driyarkara ini mengungkapkan dua alasan mendasar; Pertama, dengan menitikberatkan eksistensi manusia sebagai imago Dei, manusia niscaya dibela haknya. Sebagai citra Allah, hak manusia harus dijunjung tinggi.
Kedua, dimensi inkarnasi. Membela HAM adalah perjuangan untuk mengakui manusia sebagai pribadi. Allah kita adalah Allah yang menjadi manusia yang hadir dalam realitas manusia, yang membela orang-orang miskin dan terpinggirkan.
Hadir sebagai pembicara lainnya adalah guru besar STF Driyarkara, Prof. Dr. Magnis Suseno SJ dan Moniga Sandra dari Komnas HAM.
Dalam pemaparannya Prof. Magnis mengatakan bahwa sila II Pancasila menuntut hormat terhadap HAM. Begitu pula dengan beberapa sila lainnya dalam Pancasila.
“Sekarang HAM banyak ditentang, misalnya dengan berkembangnya puritanisme dan fundamentalisme agama,” tegasnya.
Menurutnya pula, sekarang dari pihak Gereja Katolik, kita menjunjung tinggi HAM, terutama setelah Paus XII ‘menerima’ HAM dan kemudian Paus Yohanes Paulus II membuat HAM menjadi inti teologi Katolik.
Sedangkan, Sandra Moniga menyoroti hal-hal praktis yang lama dia geluti di bidang HAM. Calon doktor dari Universitas Leiden Belanda ini mengatakan, “di berbagai tempat di Indonesia begitu banyak persoalan HAM yang belum terselesaikan”.
Menurut dia, butuh kerja sama dari berbagai pihak untuk segera menuntaskan persoalan HAM terutama masalah-masalah masa lalu.
Akan tetapi, lanjutnya, “dalam hal ini gereja menunjukkan sikap jelas membela HAM seperti yang banyak dilakukan oleh Hierarki. Tapi dalam beberapa kasus lain tampaknya Gereja tidak tegas.”
Menyelesaikan masalah HAM butuh perjuangan dan kerja sama.
“Masalah HAM mencakup banyak item dan akan berbenturan dengan banyak aspek, yakni kebijakan hukum, kelembagaan serta budaya. Karena itu, semua pihak mesti terlibat, tanpa harus menunggu intervensi dari pihak Komnas HAM,” ungkap Wakil Komnas HAM ini.
Sarasehan ini diselenggarakan oleh Yayasan Mitra Hukum dan Lembaga Daya Darma KAJ.
Sekitar 40an peserta hadir dalam acara ini, di antaranya para pengacara dan praktisi hukum Katolik, biarawan/ti, mahasiswa/i beserta umat.
Sarasehan yang dipandu Edy Danggur, Dosen UNIKA Atma Jaya ini dimulai pukul 13.00 dan berakhir pukul 16.30.
Efendy Marut OFM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar