Mata Katolik
Popular Readers
-
Matakatolik.com -Untuk Abdul Somad: Saya Tak Butuh Ucapan Selamatmu, Dan Jangan Urusi Iman Agamaku Saya tak pernah mengurusi keyakinan...
-
M ATAKATOLIK, Jakarta - Yohanes Handojo Budhisedjati ditunjuk sebagai Ketua Umum Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS). Handojo diper...
-
Matakatolik.com -Sejumlah tokoh nasional yang menggeluti bidang agama dan perdamaian hadiri acara Forum Titik Temu, di Ritz Carlton Hotel...
-
MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Paus Fransiskus, yang memiliki nama lahir Jorge Mario Bergoglio adalah pemimpin Gereja Katolik Roma saat ini. D...
-
Matakatolik.Com - Kementerian Komunikasi dan Informatika akan memulai penataan ulang ( refarming ) Pita Frekuensi Radio 2,3 GHz di 9 klast...
-
Jakarta, MATAKATOLIK.COM - Menteri Investasi Indonesia, Bahlil Lahadalia dikabarkan akan maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dala...
-
Ketua Umum Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati MATAKATOLIK.COM, Jakarta - Ormas Katolik Vox Point Indonesia ikut mendukung re...
-
Matakatolik.com -Paus Fransiskus dijadwalkan akan memimpin Misa di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 2 September 2020 mendatang. Pemim...
Solusi Untuk Anda!
Home
Headline
Nusantara
Testimoni Vox Point Manggarai Bagi Pelaksanaan Konferensi Pendidikan Se-Daratan Flores
Testimoni Vox Point Manggarai Bagi Pelaksanaan Konferensi Pendidikan Se-Daratan Flores
Matakatolik.com-Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Vox Point Indonesia Manggarai menyampaikan testimoni terkait pelaksanaan Konferensi Pendidikan Katolik Se-Daratan Flores- Lembata yang berlangsung di Labuan Bajo 20-22 Juni 2019.
Dalam testimoni yang diterima Matakatolik.com, Vox Point Indonesia Manggarai menyampaikan tujuh point pokok, di antaranya.
1. Selamat dan sukses kepada para pelaku pendidikan Katolik yang akan menjalankan kegiatan Konferensi Pendidikan di Labuan Bajo.
Semoga Konferensi pendidikan ini menjadi momentum untuk refleksi, evaluasi, introspeksi dan sekaligus proyeksi terhadap eksistensi pendidikan Katolik pada abad 21, serta menegaskan secara lebih kuat peran dan kehadiran Gereja Katolik sebagai sumber penyelamatan umat manusia di dunia ini.
2. Sebagai kegiatan untuk memanusiakan manusia, pendidikan merupakan salah satu dimensi sangat penting dan strategis.
Pendidikan berperan amat signifikan dalam membekali manusia untuk menyongsong masa depan yang diwarnai dengan berbagai tantangan dan perubahan.
Berkaitan dengan itu, pendidikan Katolik perlu kembali menyadari bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan prestasi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Sisdiknas 20/2003).
3. Pendidikan Katolik harus kembali ke fondasi dasar dan khasnya, yakni panggilan universal menjadi ‘kudus’ bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya (Konsili Vatikan II, Lumen Gentium Bab 5).
Panggilan universal untuk hidup kudus mesti terus melandasi pelaksanaan pendidikan Katolik, dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi.
Dengan demikian, desain, struktur, dan konten kurikulum serta luaran proses pendidikan dalam bentuk kepandaian akal budi (kognisi), kematangan sikap dan perilaku (afeksi), keterampilan fisik (psikomotor) dan ketajaman hati nurani dan iman (spiritual), semuanya terarah pada Tuhan.
Kekhasan tujuan pendidikan Katolik adalah selain untuk penguatan kapasitas akal budi, tetapi juga kematangan dan penguatan hati nurani, moralitas, karakter pribadi, dan iman kepercayaannya.
Semuanya itu digunakan dan dimanfaatkan untuk mengenal dan mencintai Allah dan mendekatakan diri kepada-Nya, dan akan dikuduskan sesuai dengan gambaran dan rupa Allah.
Kekhasan tujuan ini selaras dengan makna hukum cinta kasih yang diajarkan Yesus Kristus sang Guru Sejati: “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Mrk 12:30).
4. Lembaga-lembaga Pendidikan Katolik sudah dan akan menjadi garda terdepan ketika Gereja dan umat Katolik berinteraksi dengan masyarakat luas.
Lembaga-lembaga Pendidikan Katolik sepanjang sejarahnya telah turut memengaruhi dan membentuk pola pikir, wawasan, sikap perilaku para peserta didik untuk menjadi pemimpin di tengah masyarakat.
Dan ketika, berhadapan dengan pertarungan abad ke-21 (Milenium 3), pendidikan Katolik wajib memiliki kemampuan beradaptasi, berkreasi dan berinovasi, dalam program-program pendidikan, kurikulum, proses pembelajaran dan sarana prasarana pendukung sehingga mampu memiliki daya komparatif dan kompetitif.
Pendidikan Katolik perlu mengintegrasikan beberapa tuntutan keterampilan-keterampiran abad 21 dalam pembelajarannya, yakni berpikir kritis, berkolaborasi (kerja sama), berkomunikasi dan berinisiasi.
Keterampilan ini perlu diberdayakan sejak pendidikan dini sampai pendidikan tinggi di lembaga-lembaga pendidikan Katolik, sehingga memiliki lulusan yang berkarakter dan mampu bersaing secara nasional, regional dan global.
5. Berkaitan dengan tuntutan perkembangan revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0, pendidikan Katolik mesti fokus pada tiga hal ini, yakni memiliki daya tarik agar animo masyarakat tetap besar untuk mengirimkan anak-anaknya.
Daya tarik ini bisa terkait dengan sarana prasarana yang memadai, pembiayaan yang terjangkau, pelayanan jasa yang baik, dan lingkungan yang kondusif.
Kemudian memiliki daya saing dalam soal mutu standar proses pembelajaran, lulusan, tata kelola (manajemen) dan penilaian.
Juga harus memiliki daya tahan ketika berhadapan dengan berbagai persoalan dan tuntutan perkembangan internal dan eksternal.
Ketiga hal ini harus secara proporsional dikembangkan oleh pendidikan Katolik sehingga tetap ‘berada’ dan ‘mengada’ di tengah dunia.
6. Salah satu yang membedakan sekolah katolik dan non-katolik adalah keterlibatan institusi hirarki Gereja.
Dalam sejarahnya Gereja sebagai institusi telah berperan aktif dalam membangun manusia dengan kegiatan pendidikan.
Gereja telah membantu turut mendukung menciptakan dan membudayakan semangat kemandirian pada lembaga-lembaga pendidikan Katolik melalui yayasan-yayasan Katolik.
Sangat diharapkan peran ini tetap dijalankan oleh yayasan-yayasan secara efektif dan efisien.
Peran Gereja lewat yayasan-yayasan ini sedapat mungkin bertujuan membantu sekolah-sekolah Katolik yang membutuhkan perhatian dari segi pembiayaan, pembangunan sarana pra sarana, kesejahteraan guru dan keberlanjutan penyelenggaraan.
Semangat kemandirian ini, tentu bisa dielaborasi dengan prinsip solidaritas dan subsidiaritas di antara sekolah-sekolah Katolik.
Dalam konteks itu, hubungan Gereja dengan lembaga-lembaga pendidikan harus terus menerus dipelihara, dibina dan dikembangkan.
Gereja dan pendidikan Katolik perlu menghindari sikap apatis, ego-sektoral, berjalan sendiri-sendiri, dan lepas dari visi dan misi yang diemban oleh Gereja sebagai persekutuan yang diberi mandat oleh Tuhan Yesus Kristus.
7. Mengurus pendidikan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Oleh karena itu, Gereja dan yayasan Pendidikan Katolik harus mampu menciptakan inklusivitas, konektivitas dan sinergisitas dengan masyarakat/umat, pemerintah, pendidikan tinggi, dan masyarakat/umat lain demi terbangun pengelolaan pendidikan yang profesional, akuntabel, transparan dan sesuai dengan kebutuhan kekinian hidup masyarakat.
Ruteng, 20 Juni 2019
Vox Point Manggarai
Ketua,
Erlan Yusran, SH
Sekretaris
Dr. Marianus Mantovanny Tapung, S. Fil., M. Pd
Moderator
RD. Dr. Maksimus Regus
Matakatolik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar